Tanah merah Darah
Langit merah Agni
KURUSETRA--Membara! Gelegar-kobar, baku-bom, baku-tembak, baku-bantai jadi tanda keberadaan Bharatayudha. Hembus-maut dan nafas-tewas memaharajalela. Neraka Kurusetra tak kenal kompromi sama sekali. Seram-kejam menyaingi jahanam!
Di garis depan, Kolonel Wratsangka berhasil menggempur mundur pasukan Kurawa. Kemudian ia mengibarkan bendera Amarta di tengah medan Kurusetra.
ARDAWALIKA: Tak salah lagi, si pengibar bendera di tengah medan Kurusetra itu pasti si keparat Arjuna. Inilah saat-tepat buat membunuh si Arjuna demi dendam. Akan kuhujani bom atom--mampus-pupus kau keparat!
"Awas! Pesawat tempur gelap!"
"Bom--tiaraaap!"
(GELEGAR!)
"O, my God!"
"Wratsangka gugur!"
"Tembak-jatuh! Aduh keburu jauh!"
"Cepat kontek Kapten Utara!"
"Siap!"
UTARA: Biadab! Aku mesti membalas kematian Wratsangka.
Hutang maut ditebus maut
Hutang nyawa bayar nyawa
"Hutang kolonel bayar kopral!"
"Hush! Itu belum lunas-pas!"
"Welah, Kapten Utara membabi-buta!"
"Cepat lempar granat!"--(Pluk!)
"Busyet, mejen, Dur!"
(ZOZZZ!)
"Utara gugur! Utara mati! Utara mampus!"
"Duh, Gusti! Piye, Truk?"
"Lapor ke markas, Gong!"
"Gawat tuh! Yo lari!"
YUDISTIRA: Selamat bertugas, Jendral Seta.
SETA: Siap laksanakan!
KRESNA: Marsekal Gatotkaca--kawal keberangkatan Bapak Panglima!
GATOTKACA: Siap laksanakan!
Cepat-kebat pesawat-tempur Krincingwesi melesat ke udara. Segera Panglima Seta diterjunkan ke medan perang.
FRONT KURUSETRA.--Kehadiran bantuan pasukan Wirata beserta Panglima Seta mempertangguh kekuatan tempur Amarta. Sementara itu di pihak Astina belum dipasok pasukan baru. Jendral Seta tidak mensia-siakan kesempatan itu. Dengan mudah pasukan Amarta menggempur-lebur pasukan Kurawa.
SETA: Hmh, Bisma, akulah tandinganmu! Kau harus menebus kematian dua panglima Wirata. Hadapilah Seta, Panglima Pamungkas dari Wirata ini!
"Gempur-mundur!"
Bisma ngabur
Mundur-tempur
BISMA: Edan! Si Seta sungguh setan!
"Mana mampu kita menangkis si Seta setan itu!"
"Cepat cari selamat, Let!"
"Jangan nekad, Citraksi!"
"Dur, mundur!"
"Wah, Bisma melompat blabar kawat!"
"Sikat granat!"
(BLAAAR!)
"Tumpas-kandas dah Kurawa!"
Suasana terang-tenang
Situasi hening-bening
"Asyik, gue mau ngumpulin rongsokan tank ah."
"Juragan besi-tua ya, Oom?"
"O, bukan! Gue laskar pemulung."
"Eh, Kang, buat apa sih ngurusi barang
sisa perang?"
"O, lumayan bisa didaur--(Dor!)--eh!"
"Gawat! Ada penembak
gelap!"
"Awas tiarap!"
(Dor!)
(Dor!)SETA: Hai pengecut! Perlihatkan dirimu jika mau benar-benar kesatria. Tandingilah Seta.
(Dor!)SETA: E-eh keparat! Si pengecut itu perlu dipecundangi. Aku akan pura-pura mati, agar dia keluar dari persembunyiannya.
(Dor!)
"Seta gugur! Seta mampus!"
"Seta mati di-dor petrus!"
"Perang isu nih?"
"Sst, rahasia!"
"Eh, Pral, mau-tau? Asal jangan omong-omong. Seta dipetrus Letnan Rukma!"
"Hidup Rukma! Pf, pahlawan Kurawa!"
SETA: Hua-ha-ha… dasar mulut-besar! Rukmaa-Rukma, kau kira aku tak punya otak untuk menyiasati kelicikanmu itu? Rasakan senjata buas-ganas ini!
(Leb-Der!)
"Rukma mampus! Rukma mati-konyol!"
"Hidup Panglima Amarta! Hidup Seta!"
"Seta! Seta! Seta!"
(ZOZZZ!)SETA: Aaakkkhhh!!!
Takdir tak terpungkir
Qadar tiada terhindar
"Seta, o, Seta… Gusti!"
"Seta gugur! Seta gugur!"
"Horreee… Seta mampus!"
"Mampus! Mampus! Mampus!"
"Hidup Bisma!"
"Bisma! Bisma! Bisma!"
Ki Harsono Siswocarito
Semarang, 22-28 November 1989
2 komentar:
29 Maret 2008 pukul 23.11
Blog yang sangat menarik. Saya memang senang dengan kisah pewayangan semacam Mahabaratha..wah bakalnya saya sering mengunjungi blog ini :)
Kreatif sekali menghadirkan lakon Mahabaratha dengan konsep modern semacam ini.
3 April 2008 pukul 20.39
Silahkan, Mas Tedy. Selamat memirsa layarmaya.
Posting Komentar