Sang Hyang Segara Rekayasa



Puja-pujiku hanya bagiNya
Pencipta semesta seisinya
Hormatku buat ki pujangga
Yang memahamuliakanNya


ASTINA.—Para Kurawa pada bicara bersama Jendral Bala-dewa, Presiden Mandura, membahas masalah petaka negara.

DURYUDANA: Dewan sidang yang mulia! Luapan samudra, musim hujan yang luarbiasa, hujanbadai, banjirbah, seolah mau menenggelamkan dunia, menjadi malabencana global. Apa hal ini juga menimpa negara Mandura?

BALADEWA: Iyo—sama! Malah beberapa daerah sudah lenyap dilahap luap samudra.

KARNA: Pun jua Propinsi Awangga! Nelayan jadi korban! Wisata bahari mati! Rusakporak di sana-sini.

DURYUDANA: Apa sebenarnya penyebab malabencana ini? Dan bagaimana cara mengatasinya?

SAKUNI: Maaf, Pak! Mungkin Prof Durna punya sumbangsih pemikiran otentik serta strategi pemecahan masalah yang jitu.

DURYUDANA: Benar, Prof Dur—silakan naik ke mimbar.

DURNA: Nah, hahaha… trims! Pakarakbar tak perlu berkoar di atas mimbar! Tut wuri handayani! Nah, hahaha… ketahuilah dewan sidang yang mulia—tak cuma Astina, Mandura, Awangga yang tertimpa malapetaka, malah sampai Bangladesh. Lebih mengerikan! Nah, secara teoritis—ada akibat, ada sebab! Semua mala hanyalah akibat dari suatu sebab. Samudra meluap, hujanbadai, banjirbah, malah gunung es di kedua kutub bumi pun mencair—itu semua kerna perbuatan manusia yang tak pernah peduli pada kelestarian lingkungan hidup. Oknum tak bertanggungjawab!

BALADEWA: Krrk-cuah! Oknum keparat! Siapa, Prof?

DURNA: Menurut penelitian, itu semua akibat perbuatan si Antasena yang sedang bereksperimen di dasar samudra.

BALADEWA: Krrk-cuah! Laknat si Antasena!

KARNA: Apa maunya ia?

DURNA: Kerna ia Kasal Amarta, pasti punya tujuan politis. Demi kejayaan bangsa Pandawa! Ia mau menjadi penguasa samudra dan mengaku bergelar Sang Hyang Segara Rekayasa.

BALADEWA: Apa? Sang Hyang? Krrk-cuah! Edan! Si Antasena gila! Apa gelar itu ada dalam kitab, Prof?

DURNA: Ah, tiada! Semua pustaka telah dibaca. Pustaka Universitas Sokalima sampai Universitas Atasangin sudah saya teliti. Baik dalam kitab kuno model Tantu Panggelaran, Kitab Manik Maya, Kitab Paramayoga, Kitab Kanda, Kitab Sudamala, Kitab Nawaruci, Kitab Gatutkacasraya, Mahabarata, Ramayana, maupun kitab lain—tak ada gelar Sang Hyang Segara Reka-yasa. Sang Hyang gadungan! Palsu!

DURYUDANA: Jika begitu, gagalkan eksperimen si Antasena, tangkap dan adili!

SAKUNI: Jika Amarta melindungi?

DURYUDANA: Serbu!

“Setuju! Setuju! Setuju!” + “Ziplah!” + “B-beres!” + “OK!” + “Hidup Kurawa!” + “Hidup! Hidup! Hidup!…”


BALADEWA: Krrk-cuah! Tepat!

DURYUDANA: Baiklah, Jendral Baladewa—pimpinlah pasu-kan multinasional. Dan Letjen Karna harap memimpin pasukan Parakomando Astina.

BALADEWA: Siap!

KARNA: Siap!

“Pasukan Parakomando Operasi Samudra—siap gerak! Lapor: Dursasana, Dursala, Dursata, Durmuka, Durkarna, Duradara, Durwigata, Durmagati, Kartamarma, Kartipeya, Citragada, Citramarma, Citrakandala, Citrayuda, Citraksa, Citraksi, Adityaketu, Bimabahu, Dirgabahu, Dirgalacana, Dirgarama, Dreda-rata, Drepasastra, Drestahasta, Drepayuda Drepawarman,—siap bergerak!”

“Laksanakan!”
“Siap!”


Pertempuran samudra
Siapsergap Antasena

DASAR SAMUDRA.—Zona teritorial Amarta.

(BLAARR!)
“Krrk-cuah! Ranjo laknat!”
“Awas kapal slam!”
(BLAARR!)


AANTASENA: Hmh, Kurawa—jangan harap bisa mendobrak-porak hankam Amarta. Submarine Antaboga karyarekacipta Prof Dr Antaboga teramat handal. Aku Sang Hyang Segara Rekayasa lagi bereksperimentasi dalam Sea-Lab Oceanoculture demi masa depan bangsa. Siapa pun tak boleh masuk ke dalam Sea-Lab ini.

Gara-gara
Bumi gapai
Laut badai

TUMARITIS.—Dalam dukamala dunia, Panakawan pada berwawancanda.

“Excuse me, I’m Petruk Swayze. Dear Readres—how are you today? Fine? OK, so am I. Hehehe… ceritanya hujan nih: basah, bocor, becek! Ehm… Yun, Ren, Sis—ngapain? Ngeceng melulu! Kapan mejeng lagi di Matahari? Gantian! Ngampus kek, hehehe… gemana tuh Wayang Kampus ? Hura-hura aje! Bilangnya: aktivis! Ngilmiyah kek, hehehe… gak nyeni ah!”
“Omong ame siape, Truk?”
“To my fans, of course!”
“Huh, sok top! Sok pop!”
“Hehehe… emang kok! Eh, Gareng mana? Bang, si Gareng Mbeling udah dibikin belon? Cepet buru dimainin! Kan mau show—jangan cuma Bagong yang in action. Bosen!”
“Sentimen lu, Truk!”
“Harus! Nah, itu Gareng! Sini, Reng! Where’re ye from?”
“Show-biz!” + “Show off!”
“Zow, ngerti? Gak kaya lu: ngeceng melulu. Gak laku-laku!”
“Enak aje! Di sono gue observasi: meneliti perilaku budaya konsumerisme demi antisipasi bisnis masadepan. Kan asik!”
“O dasar Bagong Urban!”
“Udah! Pak Jun datang!”


ARJUNA: Kang Semar—Laksamana Antasena mesti dicari. Lama dia tak melapor ke Amarta.

SEMAR: Mari, Pak.

Arjuna dan Panakawan
Menembus jalan hutan


“E-e-babo-babo… Gog—ada p-penjelajah r-rimba Pringga-dingatala. S-siapa, Gog?
“Sst! Jendral Arjuna!”
“E-e-babo-babo… s-serbu!”—(Clap!)—“C-ciaat!”—(Dez! Zplak! Deb! Bugh!)—“Hugk-khoeekh uhuooo… m-mati a-aku, Gog!”—(Bruk!)
“Cakil mati, Lung!”
“Biarin saja, Gog!”
“Grr-babo-babo, keparat! Hadapi aku Dityakala Badai-segara! Heh, konco-konco: Pragalba, Rambut Geni, Padas Gempal, Jurangrawah, Buta Ijo, Buta Terong, Buta Endog—ayo keroyok si perwira keparat itu!”
“C’mon!” + “OK!” + “Move!”
“Satu, dua, tiga! Ciat! Ciat! Ciiaatt!”—(Blaarr!)—“Aduh! Ahk! Khk! Klk!”—(Blug! Blug! Blug!)
“Zuilah! Mampuz zemua!” + “Benal! Ayo lali, Mas!”
(Jleg!)—“Brenti!”
“Ziapa lu? O yez! Kenalin—gue Mr George! Yez, Mr Joz!”
“Busyet! Keren juga nih Buto—pake nama beken segala! Elu kalah, Reng.”
“Em… lu siape, Pelo?”
“Mistel Gabliel! Ayo pelgi ah! Usah ngulusin olang tak kaluan!”—(Bugh! Bugh!)—“Adow! Main pelmak lagi! Blantem-blantem, tapi spoltif! Ngawul’u!”
(Dor-dor!)—“Beres, Gong!”


Buta-buta mala
Pada sirnafana
Gentur tutur
Bangun catur


SEA-LAB OCEANOCULTURE.—Laksamana Antasena yang bergelar Sang Hyang Segara Rekayasa menggegerkan dunia berkat penemuan Sistem Hankam Dasar Samudra, serta Oceanomigration demi mengatasi masalah kepadatan pen-duduk masadepan dengan merekacipta Gedung Pencakar Laut. Eksperimentasi fantastik semodel itu menyebabkan pro dan kontra di seluruh penjuru dunia. Tidaklah gaib-ajaib jika Girinata, Presiden Sorgaloka, turun tangan.

GIRINATA: O Jagat Dewa Batara! Antasena—hentikan eksperimen itu! Usah mendahului karsa! Dan lepaskan gelar Sang Hyang yang kau sandang.

ANTASENA: Maaf, tidak bisa! Eksperimen bukan sekedar sok cendekia. Gelar bukan gagah-gagahan! Ini demi kehidupan.

GIRINATA: Babo-khhk-cuah! Kurang ajar! Apa kau tak takut pada pasukan multisemesta dari Jagat Triloka?

ANTASENA: Maaf, Tuan! Tidak!

GIRINATA: Keparat! Tangkap!

“Siap! Indra, Bayu, Brahma, Wisnu, Surya, Sambu, Kama-jaya, Yamadipati, Temboro, Trembuku—sergap si Antasena!”
“Siap! Siap! Siap! Siap!”
(BLAARR!)
“O Jagat Dewa Batara!” + “Mundur! Bayu Mundur!”
“Bergenzong-pada-ndoyong, si Antasena tak tertaklukkan! Benar-benar adidaya ia! Celaka! Ini urusan Ki Semar, Tuan!”
“Tuh Ki Semar datang!”


SEMAR: Ada apa, Tuan? Bakutempur sama Pak Antasena rupanya. Maaf, Maha Sang Hyang! Demi pranata alam—Sang Hyang Segara Rekayasa sebenarnya bergerak atas kuasa Sang Hyang Wenang. Nah, Pak Antasena—tugas telah sampai! Wenang mencipta, Wenang merekayasa, Wenang memelihara. Bukankah begitu, Maha Sang Hyang?

“Soal LBH—romo pakarnya!”
“LBH itu apaan sih, Truk?”
“LBH: Lakon Bangsa Hyang.”


SANG HYANG WENANG: Ki Semar benar! Manggayuh karahar-janing praja, memayu-hayuning bawana.

Petik bunga guna
Intisari merdeka


Semarang, 28 Mei 1991 Ki Harsono Siswocarito

0 komentar:

 
Creative Commons License
eXTReMe Tracker